Aksen yang Digunakan di Sastra Inggris

Halo, semuanya! Sebelumnya, aku sudah pernah beberapa kali bahas tentang Sastra Inggris, terutama jurusanku sendiri. Kali ini, aku mau bahas tentang aksen atau logat bahasa Inggris yang digunakan oleh pengajar atau mahasiswa Sastra Inggris. Apakah ada pakem yang jadi standar?

Sebelum aku bahas itu, aku mau sedikit bahas tentang aksen atau logat bahasa Inggris yang ada di dunia. Di Indonesia, yang paling populer adalah Standard British English (RP English) dan American English. Tapi, sebenarnya ada banyak sekali aksen bahasa Inggris di negara-negara dengan banyak penutur bahasa Inggris. Ada Singaporean English, Australian English, New Zealand English, dan lainnya. Banyak juga penutur bahasa lain sebagai bahasa ibunya menggunakan aksen utamanya ketika menggunakan bahasa Inggris, seperti bahasa Inggris dengan aksen Hindi, Italia, Spanyol, dan lainnya. Bahkan, di negara yang mayoritas penduduknya menggunakan bahasa Inggris seperti Inggris, Amerika, dan Australia pun masih punya varian logat, seperti halnya bahasa Indonesia yang dituturkan oleh penduduk Indonesia dari Sabang sampai Merauke.

Gambaran lebih mudahnya seperti ini: Indonesia memiliki banyak sekali bahasa daerah. Ada bahasa Melayu, Sunda, Bali, Jawa, Batak, dan lainnya. Setiap bahasa daerah memiliki logat masing-masing. Ketika menggunakan bahasa Indonesia, maka logat yang otomatis terpakai adalah logat bahasa utama yang dipakai (bahasa daerah apabila bahasa tersebut bahasa utama, logat standar Indonesia apabila bahasa Indonesia merupakan bahasa pertama yang dimiliki).

Kalo gitu, apakah ada logat yang umum atau harus digunakan ketika kamu berada di Sastra Inggris? Jawabannya tidak ada. Ketika aku kuliah dulu, beberapa dosenku memiliki aksen British, sebagian American, sebagian aku nggak mengenali, dan sisanya dengan logat lokal. Teman-teman seangkatan, kakak tingkat, dan adik tingkat juga memiliki logat yang berbeda saat menggunakan bahasa Inggris. Ada yang pakai logat bahasa Indonesia, ada yang kental logat Batak, Bali, atau daerah lainnya. Ada juga yang pakai aksen Australia karena pernah tinggal di sana selama SMA.

Faktanya, penutur bahasa Inggris nggak akan mempermasalahkan kemampuan verbal dan logatmu saat berbahasa Inggris selama kamu bisa mengucapkan kata demi kata dengan benar. Jadi, berbanggalah dengan logat aslimu.

Caranya Keterima Sastra Inggris UGM dan Prospek Kerjanya Gimana, Kak?

Tulisan ini kubuat karena sejak aku rilis artikel tentang jurusanku sendiri, Sastra Inggris UGM, banyak banget anak sekolahan yang nanyain pertanyaan ini: a) Seleksi Masuk UGM apa aja, kak? b) Kalo mau keterima Sastra Inggris UGM caranya gimana, kak? c) Prospek kerja lulusan Sastra Inggris apa, kak?

I was hoping they ask something else, something other than how to enroll and my department’s prospect. But, I’ll tell you anyway. Kuharap, dengan adanya tulisan ini lebih banyak orang yang tercerahkan sebelum mereka bertanya. Perlu diingat, apa yang kubagikan ini semuanya bersumber dari laman um.ugm.ac.id. Menjadi alumnus dari UGM tidak berarti aku tahu segalanya tentang seleksi masuk, karena peraturan dan faktor lolosnya seseorang pun tergantung dari panitia seleksinya. Kalau mau tanya lebih lanjut soal seleksi masuk dan tetek bengeknya, nanti bisa langsung menghubungi nomor, email, atau surel yang dicantumkan di laman resmi UM UGM, ya.

Seleksi Masuk

UGM menerima mahasiswa dari dalam dan luar negeri. Pendaftaran untuk mahasiswa dalam dan luar negeri berbeda. Selain itu, nggak semua prodi/jurusan itu ada mahasiswa dari luar yang kuliah selama kurang lebih 4 tahun di UGM. Di sini, aku nggak bakalan bahas terlalu jauh tentang seleksi untuk mahasiswa luar negeri, karena target audiensku adalah anak SMA di Indonesia yang pada mau lanjut kuliah ke UGM, khususnya jurusanku.

Q: Seleksi masuk UGM ada apa aja?
A: Untuk S1, UGM membuka jalur seleksi SNMPTN (jalur undangan), SBMPTN, UTBK, PBUB (jalur prestasi), dan UTUL. Nah, aku sendiri nggak bisa jelasin dengan detail kriteria dan alur pendaftarannya kapan dan gimana, soalnya setiap tahun jadwal dan detailnya bisa berubah. Selain itu, aku nggak bisa jelasin terlalu detail ketentuan ujiannya kayak gimana untuk SBMPTN, UTBK, sama UTUL karena UTBK aja baru ada pas aku udah tahun keempat kalo nggak salah. Jadi, aku nggak tahu soal-soal UTBK seperti apa, apakah soal SBMPTN dan UTUL masih kurang lebih sama dengan pas aku SBMPTN sama UTUL dulu di tahun 2015.

Satu hal yang perlu diingat teman-teman saat hendak lanjut ke UGM, UGM tidak pernah merilis passing grade, entah itu persenan soal tes yang harus dijawab dengan benar maupun nilai minimum UTBK/SBMPTN/UTUL. Jadi, sampai hari ini pun aku nggak ngerti itu kenapa bimbel-bimbel pada bisa ngasih patokan nilai minimum di jurusan di PTN favorit. Again, aku juga nggak tahu apa aja faktor yang menentukan seseorang bisa lolos di seleksi masuk. Apakah semata-mata hanya dilihat dari seberapa banyak jawaban benar yang didapat? Asal sekolahnya? Apakah sekolahnya pernah kena blacklist? Aku nggak tahu.

Q: Apakah keterima di UGM itu susah?
A: Well, susah itu relatif. Ada yang gampang banget rasanya keterima di UGM (keterima di jalur undangan, misalnya). Ada juga yang struggling (baru keterima lewat jalur UTUL, gap year, ngulang SBMPTN, dan sebagainya). Tapi, susah nggaknya ini nggak bisa jadi penilaian yang cuman hitam dan putih, karena lagi-lagi ada banyak hal yang memengaruhi mudah atau susahnya seseorang keterima di UGM.

Q: Kalo mau bisa dapet peluang besar keterima di Sastra Inggris UGM gimana, kak?
A: Aku nggak tahu. Aku cuma berusaha sebaik mungkin untuk menjawab soal tes dengan baik dan benar, karena aku waktu itu cuman tahu ada tes tertulis aja (SBMPTN sama UTUL). Karena dulu aku anak IPS, makanya aku ambil soal paket IPS.

Q: Aku anak jurusan Bahasa/SMK/MA/SMALB, aku bisa daftar UGM nggak?
A: Bisa banget. Kamu bahkan bisa liat di laman resmi um.ugm.ac.id, jurusan apa nerimanya anak SMA jurusan apa atau SMK dengan kejuruan apa. Di UGM itu ada kok anak-anak difabel, walaupun anak-anak difabel ini populasinya masih jadi minoritas.

Prospek Kerja

Banyak banget yang nanya ke aku, prospek kerja anak Sasing itu apa, bahkan sebelum aku lulus. Kalian bisa jadi tutor bahasa Inggris (privat atau di English Course/bimbel), penerjemah (nilai plus kalo kalian bisa bahasa lain kayak Korea, Mandarin, atau Arab), content writer/creator, dan lainnya. Kakak tingkatku ada yang jadi news anchor (penyiar berita) di MetroTV, ada yang nulis artikel di Kompas, Costumer Service, dosen (cuma kalo dosen ada syarat harus kuliah S2/S3), dan lainnya. All in all, aku nggak bisa bilang bahwa kalian harus jadi salah satu dari yang kusebutin tadi, karena semuanya tergantung dengan minat kalian dan juga keberuntungan.

Kehidupan Anak Sastra Inggris UGM

Setelah aku menulis artikel tentang gambaran Sastra Inggris UGM untuk teman-teman yang baru mau kuliah, aku mendapat beberapa DM soal kehidupan perkuliahan anak Sastra Inggris di Instagram. Aku juga dapat pertanyaan seputar struggle seorang anak Sastra Inggris, keharusan menggunakan bahasa Inggris dalam lingkungan akademik, pengetahuan tentang novel-novel sastra, serta apa itu linguistik. Selain pertanyaan-pertanyaan itu, aku juga mendapati kekhawatiran dari diri penanya soal dia tak pandai berbahasa Inggris. Si penanya takut hal tersebut menjadi penghalang terbesar buat memahami diskusi di pekuliahan Sastra Inggris. Mungkin, siapapun yang datang ke artikel ini juga mengalami permasalahan yang sama: berminat ambil prodi Sastra Inggris tapi terhalang oleh kemampuan bahasa atau jarang baca karya sastra Inggris. Aku akan menjawab kekhawatiran-kekhawatiran itu di artikel ini.

KEHIDUPAN AKADEMIK

Di artikel Jadi Anak Sastra Inggris UGM? aku memberikan gambaran tentang segala hal yang berhubungan dengan Sastra Inggris, tapi mungkin ada yang masih merasa belum bisa benar-benar memproyeksikan kehidupan akademik seorang mahasiswa Sastra Inggris, terutama di UGM. Aku bisa memaklumi itu, karena semua yang bertanya merupakan anak SMA yang jangankan tahu seluk beluk jurusan yang dipilih, membayangkan kehidupan kuliah kayak apa aja tuh masih berkabut banget.

Balik ke bahasan kita, kehidupan akademik anak Sasing (singkatan dari Sastra Inggris) itu nggak spaneng banget. Maksudnya, jadwal kuliahnya nggak padat banget kayak jadwal sekolah, terus materinya lebih ke hal abstrak (sastra) dan hal konkrit (linguistik). Di mata kuliah rumpun sastra, kita dituntun untuk memberikan opini dan analisis logis terhadap konteks novel/film dari sudut pandang tertentu dan apa signifikansinya terhadap kehidupan nyata. Di mata kuliah rumpun linguistik, kita akan menganalisis fenomena linguistik dari sudut pandang salah satu cabang bidang linguistik. Selain itu, segala kegiatan perkuliahan lebih banyak terjadi di dalam kelas dan kita nggak dipusingkan sama praktikum dan laporannya. Karena jadwal kuliahnya nggak sepadat waktu sekolah dan nggak ada praktikum, hal tersebut memudahkan teman-teman yang ingin menyalurkan hobi atau keaktifannya di unit kegiatan mahasiswa (seperti ekskul kalau di sekolah), kepanitiaan acara, atau ikut organisasi semacam BEM/ormada.

Dosen-dosen di Sastra Inggris UGM sangat ramah. Di luar kelas, you can greet them casually yet respectfully, apalagi kalau dosen-dosen sudah mengingat eksistensimu di kampus. Kadang, kamu bisa diajakin event atau fun activity bareng. Misalnya, dosen pembimbing akademikku pernah ngajakin aku, Atha (teman seangkatan), Mas Adi dan Mas Didin (kakak tingkat) ngeband bareng di acara Dies Natalis FIB. Mereka juga berusaha sebaik mungkin untuk membantu keperluan akademik mahasiswanya. Misalnya, apabila kamu ada masalah kesehatan atau butuh mengurus rencana studi, kamu bisa segera menghubungi dosen pembimbing akademik dan mereka akan menembusi laporanmu ke jurusan atau akademik.

FLUENCY DALAM BAHASA INGGRIS

Memang tidak bisa dipungkiri kalau bahasa Inggris menjadi bahasa yang wajib digunakan dalam kelas di Sastra Inggris. Tapi, bukan berarti yang bisa mendaftar jurusan ini hanya mereka yang sudah mahir berbahasa Inggris. Sebagai gambaran, tidak semua teman-teman seangkatanku di jurusan jago berbahasa Inggris saat mereka masuk. Ada dari mereka yang sudah jago berbahasa Inggris, ada yang jago listening dan speaking tapi kurang di writing dan reading, ada yang kebalikannya, ada yang cuman jagi di speaking dan listening atau writing dan reading aja, ada yang bener-bener kurang di segala aspek. Tetapi, hal tersebut tidak menyurutkan mereka untuk berusaha menggunakan bahasa Inggris di dalam kelas, terlepas dari kekurangan mereka. Teman-teman yang jago di written dan oral English tidak pernah mempermasalahkan teman-teman yang tidak begitu fasih dalam menulis atau berbicara. Bahkan, sesama teman yang sudah jago berbicara dalam bahasa Inggris pun nggak bikin kesepakatan mau ngomong dalam aksen tertentu, seperti British English atau Australian English misalnya.

Kalau kamu tertarik untuk mengambil jurusan Sastra Inggris tapi merasa kemampuanmu masih kurang, kamu nggak perlu merasa takut atau minder. Untuk mempersiapkan diri biar nggak kaget sama penggunaan bahasa Inggris di kelas saat sudah jadi anak Sastra Inggris, kamu bisa mulai sering-sering menonton video berbahasa Inggris di YouTube dengan subtitle. Menonton video berbahasa Inggris akan membantumu memahami cara ucap dan melatih listening skill. Sebagai catatan, aku tidak akan menyarankanmu untuk mengikuti pronunciation dari salah satu aksen bahasa Inggris, karena ada banyak sekali aksen bahasa Inggris saat ini. Aksen bahasa Inggris yang ingin kamu pakai itu tergantung kenyamananmu. Selain menonton video di YouTube, kamu bisa mulai membiasakan diri pakai bahasa Inggris di sistem gawai dan ketika bermain game. Hal ini akan membantumu membiasakan diri dengan penulisan bahasa Inggris. Kamu juga bisa menambah kosa kata bahasa Inggris dengan membaca berita, artikel, atau novel berbahasa Inggris. Aku menyarankan untuk bacaannya dimulai dari bacaan yang mudah lebih dulu, seperti novel anak (semisal karyanya Roald Dahl atau Enid Blyton) atau artikel tutorial. Kalau ada kata yang nggak kamu tahu, kamu bisa kumpulkan dulu sampai banyak, lalu baru cari artinya kemudian. Kalau sudah mulai terbiasa, baru mulai bacaan untuk remaja, sampai kemudian bacaan yang serius.

Kalau kamu sudah diterima di jurusan Sastra Inggris tapi merasa kemampuan bahasa Inggrismu kurang, kamu bisa minta bantuan temanmu yang sudah jago berbahasa Inggris untuk jadi partner bicara atau jadi editor ketika kamu menulis dalam bahasa Inggris. Minta mereka untuk memberi feedback, sehingga kamu bisa belajar dari saran dan koreksi mereka. Punya uang lebih untuk daftar les? That’s also good! Tapi, lesnya disesuaikan sama kebutuhanmu, ya. Kalau kamu cuma mau meningkatkan speaking, pilihlah kelas speaking. Begitu pula untuk written English.

PROSPEK KERJA

Banyak banget orang nanya ke aku tentang prospek kerja Sastra Inggris. Ada yang ngiranya anak Sastra Inggris kalau udah lulus jadi guru bahasa Inggris, ada yang nggak tahu sama sekali kerjaan anak Sastra Inggris itu apa. Malah, kerjaannya anak Sastra Inggris, tuh, nggak cuman jadi pengajar bahasa Inggris. Kamu bisa jadi penerjemah atau interpreter EN-ID/ID-EN, atau penerjemah/interpreter ke lebih dari satu bahasa kalau bisa bahasa asing lain seperti Mandarin, Jepang, atau Korea. Bisa juga jadi costumer service untuk start-up atau perusahaan yang punya klien dari berbagai negara. Suka menulis? Kamu bisa melamar kerja jadi seorang penulis konten. Bahkan, kamu bisa mengaplikasikan apa yang kamu dapat di mata kuliah linguistik untuk mengajari orang luar negeri belajar bahasa Indonesia.

*

Jadi, itu adalah sedikit gambaran tentang kehidupan anak Sastra Inggris UGM (dan mungkin sedikit banyak menggambarkan kehidupan anak Sastra Inggris pada umumnya). Sederhananya, kehidupan anak Sasing UGM dari sisi akademik itu nggak spaneng dan lingkungannya sangat suportif terhadap perkembanganmu. Walaupun kamu diharuskan untuk menggunakan bahasa Inggris dalam kelas, Sastra Inggris UGM tetap terbuka bagi pendaftar dengan berbagai level kemampuan bahasa Inggris. Ditambah lagi, kamu nggak akan dikucilkan hanya karena kamu nggak begitu jago berbahasa Inggris. Prospek kerja lulusan Sastra Inggris–nggak cuma dari UGM aja–cukup luas dan kualifikasinya bergantung pada permintaan dari perusahaan yang membuka lowongan. So, jangan takut untuk daftar jurusan Sastra Inggris!

Ingin bertanya lebih lanjut? Hit me up on Instagram (@dina.makan), lewat surel (herdina.primasanti@mail.ugm.ac.id), atau tinggalkan komentar di bawah!

Jadi Anak Sastra Inggris UGM?

Halo, pengunjung artikel ini! Setelah aku membuat ulasan tentang suasana di Fakultas Ilmu Buda Universitas Gadjah Mada, atau yang biasa disebut FIB UGM, hampir dua tahun lalu di blog ini, aku sekarang mau cerita tentang jurusan–sekarang namanya program studi, atau bisa disingkat prodi–yang saat ini sedang kugeluti, yaitu Sastra Inggris Universitas Gadjah Mada.

Mungkin, ada sebagian dari pengunjung artikel ini yang pikirannya langsung melayang ke Landung Simatupang dan W. S. Rendra saat mendengar prodi ini. Ya, mereka berdua adalah dua nama yang cukup dikenal oleh warga Indonesia yang pernah mengenyam pendidikan di Sastra Inggris UGM. Sounds great? Tunggu. Aku bahkan belum cerita apa-apa tentang prodiku ini.

Baik. Mari kumulai cerita tentang prodi sekaligus mengulasnya dengan mengenalkan diriku dulu. Aku Dina. Aku merupakan mahasiswa jurusan Sastra Inggris UGM angkatan 2015. Since there are not many students in our department, kurasa kamu akan bisa menemukanku dengan mudah. Apalagi, aku termasuk orang-orang yang masih gelut dengan skripsi saat menulis ini. Di artikel ini, aku berusaha sebaik yang kubisa untuk seinformatif mungkin dengan bahasa yang enak dibaca, sehingga kamu tidak akan kebingungan mengenal calon jurusanmu.

Aku tidak bisa melacak kapan berdirinya prodiku, tapi yang jelas prodiku sudah cukup tua. Aku sendiri juga mengakui bahwa Sastra Inggris merupakan salah satu prodi yang cukup populer selain Bahasa dan Kebudayaan Korea dan Pariwisata. Dilansir dari KampusAja, peminat prodi ini di tahun 2019 ada 1,434 orang, di bawah Pariwisata dengan jumlah peminat sebanyak 2,218. Tapi, yang bisa diterima jadi mahasiswa Sastra Inggris UGM hanya sekitar 50 orang. Quite slim, eh? Nah, mungkin kamu harus kenalan dulu sama Sastra Inggris UGM leih jauh sebelum kamu memfinalkan pilihanmu.

Reguler vs IUP

Dulu, Sastra Inggris UGM membuka jalur reguler dan jalur International Undergraduate Program (IUP). Hanya saja, IUP sudah ditutup sejak tahun ajaran 2015, yang berarti angkatan terakhir IUP di prodi ini adalah angkatan atasku, 2014. Jadi, ketika aku jadi mahasiswa baru sampai sekarang, Sastra Inggris UGM hanya membuka jalur reguler.

Mata Kuliah

Sebelum ke Sastra Inggris, aku mau menjelaskan bahwa di FIB ada tiga jenis mata kuliah wajib, yaitu mata kuliah wajib universitas (meliputi Agama, Kuliah Kerja Nyata, dan Pancasila), wajib fakultas (meliputi Dasar Ilmu Budaya, Sastra dan Budaya Indonesia, yang sekarang lebih dikenal dengan Praktik Kebudayaan Indonesia, dan Bahasa Indonesia/Inggris), dan mata kuliah wajib prodi. Sastra Inggris UGM menawarkan mata-mata kuliah yang berada di bawah naungan sastra dan linguistik. Aku yakin teman-teman pasti lebih familiar dengan istilah sastra, tapi tidak dengan linguistik. Linguistik merupakan cabang ilmu yang mempelajari bahasa.

Perlu diingat bahwa yang kutulis ini merupakan pengalamanku. Selain itu, kurikulum yang kuterima dan kurikulum yang sekarang memiliki perbedaan, karena ada perubahan kurikulum di angkatan 2017. Jadi, aku yakin ada satu-dua mata kuliah yang tidak aku atau teman-teman dapat.

Tahun Pertama

Di tahun pertama, para mahasiswa tidak langsung berhadapan dengan mata kuliah di kedua bidang. Mereka harus mengambil kelas General English dan Oral English (yang sekarang sudah berubah menjadi kelas Writing, Speaking, Listening, dan Grammar) di semester satu dan dua, Pengantar Kesastraan Inggris, Dasar-Dasar Ilmu Budaya, dan Pendidikan Agama (Kontekstual) di semester satu, dan Sejarah Sastra Inggris, Pancasila, Folklor dan Mitologi dalam Kesastraan Inggris (sekarang udah dihapus karena dosennya pensiun dan nggak ada yang meneruskan), Pengantar Linguistik, dan Literary Production di semester dua.

Kenapa masih ada kelas Writing, Speaking, Listening, dan Grammar? Karena, tidak semua mahasiswa baru Sastra Inggris UGM memiliki kualifikasi yang sama ketika diterima. Ada yang sudah memiliki kecakapan bahasa Inggris setingkat Advanced ketika masuk, ada juga yang masih kesulitan mengucapkan kalimat sesuai kaidah grammar atau mereka yang tidak bisa membedakan cara mengucapkan can dan can’t. Ada teman-teman yang tanpa belajar saja bisa dapat nilai TOEFL di atas 500, ada yang sudah belajar mati-matian tapi tidak kunjung dapat nilai di atas 500. Kelas-kelas ini berfungsi untuk menjembatani teman-teman yang belum fasih berbahasa Inggris untuk membiasakan diri dan memberi ruang bagi teman-teman yang sudah bisa untuk mengulang apa yang mereka pahami. Selain itu, kelas-kelas ini juga bermaksud untuk mempersiapkan mahasiswanya agar tidak kaget ketika mereka berada di kelas-kelas Sastra Inggris yang lain, karena tugas presentasi, esai, hingga skripsi akan menggunakan bahasa Inggris 100%. Di kelas, dosen juga akan menggunakan 80-95% bahasa Inggris. Jadi, kamu mungkin harus mulai belajar menyampaikan presentasi dalam bahasa Inggris.

Selain kelas-kelas preparation yang sudah kusebutkan, teman-teman juga akan mengikuti kelas Pengantar Kesastraan Inggris dan Dasar Ilmu Budaya di semester satu. Kenapa harus ambil kelas Pengantar Sastra Inggris? Lagi-lagi, tidak semua teman-teman sekelasmu tahu jurusan yang diambilnya. Sebagian dari mereka sudah pernah membaca karya-karya sastra seperti Jane Eyre, The Old Man and Sea, Sense and Sensibility, dan bisa menceritakan kembali Othello, ada yang mengenal karya sastra lewat film seperti Pride and Prejudice atau Frankenstein, sementara ada yang sama sekali tidak tahu apa-apa dan tidak pernah membaca karya-karya sastra Inggris sampai ia menjadi mahasiswa Sastra Inggris. Selain itu, kelas pengantar (Pengantar Kesastraan Inggris dan Linguistik) akan memperkenalkan para mahasiswa dengan aspek dasar dari linguistik/sastra serta mata-mata kuliah yang akan mereka pelajari di semester-semester selanjutnya.

Hanya saja, saat ini sepertinya kelas Folklor ditiadakan karena dosen pengampunya pensiun dan tidak ada penggantinya. Sebagai gantinya, ada beberapa mata kuliah baru yang mulai bisa diambil saat tahun kedua. Untuk kelas wajib non-prodi, Sastra Inggris mewajibkan mahasiswa di tahun pertama untuk mengambil kelas Dasar Ilmu Budaya, Pancasila, dan Agama.

Tahun Kedua

Di tahun kedua, teman-teman akan berhadapan dengan lebih banyak mata kuliah. Karena di tahun kedua ini mulai ada mata kuliah pilihan, jadi teman-teman bisa memenuhi jatah SKS mata kuliah pilihan dengan memilih mata kuliah yang diinginkan. Mata kuliah yang bisa dipilih tidak hanya dari Sastra Inggris, tapi juga dari prodi lain seperti Sastra Jawa, Pariwisata, atau Antropologi Budaya.

Di Sastra Inggris UGM, mata kuliah wajib fakultas ada Bahasa Indonesia, soft skill dan Praktik Kebudayaan Indonesia, sementara mata kuliah wajib prodi ada Pengantar Terjemahan, Sastra Romantik, Fonologi dan Morfologi di semester tiga dan Sastra Elizabethan, Terjemahan Inggris-Indonesia, Sastra Realis dan Naturalis, Laporan Buku I, dan Sintaks dan Semantik di semester empat.

Pada mata kuliah soft skill, kamu bisa memilih Badan Semi Otonom (BSO) yang sesuai dengan minatmu. Sementara itu, kamu bisa meilih antara mengikuti kelas Batik, Tari, atau Karawitan di mata kuliah Praktik Kebudayaan Indonesia. Di kelas Batik, kamu akan belajar tentang teknik, teori, dan praktik membatik. Di kelas Karawitan, kamu akan belajar memainkan instrumen dalam gamelan. Di kelas Tari, kamu akan praktik tari tradisional.

Untuk mata kuliah pilihan, Sastra Inggris UGM menawarkan mata kuliah Sastra Anak, Science Fiction, Pengantar Sastra Inggris dan Amerika, Bahasa Inggris untuk Penulisan Jurnalistik, dan Metodologi Pengajaran Inggris. Apakah kamu bisa menebak-nebak apa yang kira-kira dipelajari pada mata kuliah ini?

Tahun Ketiga

Di tahun ketiga, mata kuliah wajib yang Sastra Inggris UGM tawarkan banyak yang dialokasikan di semester lima. Di semester ini, hanya ada satu mata kuliah pilihan yang bisa kamu ambil dengan bobot 3 SKS, yaitu Pragmatik. Sisanya adalah mata kuliah wajib dengan bobot 3 SKS per mata kuliah. Mata kuliah yang harus kamu ambil ada Sastra Dunia, Penulisan Akademik, Metodologi Penelitian Linguistik, Metodologi Penelitian Sastra, Sastra Modern, Terjemahan Indonesia-Inggris, dan Laporan Buku II.

Sementara itu, kamu memiliki keleluasaan lebih di semester enam. Di semester ini, mata kuliah wajib yang harus kamu ambil hanya sebanyak 12 SKS alias hanya empat mata kuliah. Sisanya bisa kamu alokasikan ke mata kuliah pilihan Sastra Inggris UGM atau mata kuliah pilihan dari jurusan lain. Di semester ini, ada tiga mata kuliah wajib prodi dan satu mata kuliah wajib universitas yang harus ada di Kartu Rencana Studi (KRS) milikmu, yaitu Penulisan Proposal, Kritik Sastra Inggris, Sastra Neoklasik, dan Kuliah Kerja Nyata. Sementara itu, mata kuliah pilihan Sastra Inggris yang bisa kamu ambil di semester ini ada Course Design, Penulisan Kreatif, Pengantar Sosiolinguistik, dan Hubungan Internasional.

Tahun Keempat

Ya, jadi seperti yang sudah kamu duga, Sastra Inggris UGM tidak menerapkan penjurusan pada mahasiswanya. Setiap mahasiswa wajib mempelajari sastra dan linguistik dan baru boleh fokus ke salah satu topik ketika sudah memasuki periode skripsi. Di tahun keempat sampai lulus, mata kuliah yang wajib kamu ambil adalah skripsi (bobotnya 6 SKS, jadi kamu harus melakukan yang terbaik) saja dengan catatan kamu sudah memenuhi SKS yang dibutuhkan. Kalau SKS kurang atau ada mata kuliah yang harus diulang, maka kamu harus nambah mata kuliah atau mengulang mata kuliah. Di tahun keempat ini pula, terlihat siapa temanmu yang ambis sekali untuk wisuda cepat atau mereka yang santai.

Mata Kuliah Baru

Seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, ada perubahan kurikulum. Selain itu, adanya dosen senior yang pensiun dan dosen baru yang masuk membuat adanya mata kuliah yang dihapus atau ditambahkan lebih mungkin terjadi. Mata kuliah Pengantar Sastra Poskolonial dan Folklor dan Mitologi dihapuskan, tapi sebagai gantinya ada beberapa mata kuliah baru, seperti Women in LiteratureFilm Analysis, dan Sastra Abad 21. Mungkin, akan ada perubahan mata kuliah lagi di beberapa tahun ke depan (tidak dalam waktu dekat tentu saja).

Bedanya sama Pendidikan Bahasa Inggris

Perbedaan utama antara Sastra Inggris UGM dengan prodi Pendidikan Bahasa Inggris adalah tidak adanya praktik kerja lapangan untuk magang jadi guru di Sastra Inggris UGM. Walaupun Sastra Inggris UGM ada mata kuliah berjudul English Teaching Methodology, tetapi lulusannya tidak akan mendapatkan tes praktik guru. Kalau kamu ingin fokus ke pedagogikal bahasa Inggris, sebaiknya ambil Pendidikan Bahasa Inggris.

Himpunan Mahasiswa

Himpunan mahasiswa Sastra Inggris UGM bernama Ikatan Mahasiswa Jurusan Inggris, biasa disingkat menjadi IMAJI. IMAJI menjadi jembatan antara prodi dan mahasiswa, sehingga segala informasi dapat tersampaikan dengan baik. Informasi lebih lanjut tentang himpunan mahasiswa bisa diakses di @imajiugm.

Komunitas Seni

Saat ini, Sastra Ingris UGM memiliki lima komunitas seni. Kelimanya adalah Teater Sastra Inggris (Terasi), Sekumpulan Mahasiswa Pecinta Wayang (Semata Wayang), Pradangga Sastra Inggris (Prasasti), Inggris Dance Community (Icety), dan Komunitas Band Sastra Inggris (Kombantrin). Di antara semua komunitas ini, hanya Terasi yang pernah berganti nama. Sebelumnya, Terasi bernama Broadway. Tetapi, di tahun 2015, namanya berubah jadi Terasi karena ingin terdengar lebih lokal. Di antara semua komunitas seni ini, yang memiliki akun Instagram ada Semata Wayang, Icety, dan Prasasti. Hanya saja, yang Instagramnya masih cukup aktif hanya Semata Wayang (@sematawayangugm) dan Prasasti (@prasasti_ugm)

Acara Tahunan

Sastra Inggris UGM memiliki sebuah acara tahunan bernama English Days. English Days ini diselenggarakan oleh mahasiswa tahun pertama sampai tahun ketiga untuk memperingati ulang tahun Sastra Inggris UGM yang jatuh pada bulan November. Selain itu, English Days juga bertujuan untuk menjadi ajang unjuk gigi kebolehan mahasiswa prodi ini. Rangkaian acara pra-malam puncak bisa berbeda tiap tahunnya, tergantung kesepakatan panitia. Untuk malam puncaknya, biasanya para mahasiswa akan menggelar pementasan teater yang melibatkan komunitas Teater Sastra Inggris (Terasi), SastraInggris Dance Community (Icety), Komunitas Band Sastra Inggris (Kombantrin), dan Pradangga Sastra Inggris (Prasasti). Informasi lebih lanjut tentang acara tahunan ini bisa diakses di akun Instagram mereka di @englishdays.ugm

Atmosfer

Berhubung Sastra Inggris UGM berada di FIB UGM, maka bisa kubilang atmosfernya cukup santuy enjoy sih. Walaupun di kelas kamu dituntut menggunakan bahasa Inggris, kamu bisa menggunakan bahasa Indonesia ketika ngobrol dengan dosenmu di luar kelas. Selain itu, dosennya bisa kubilang cukup santuy, asal kamu sopan dan hormat sama sama dosennya. Untuk attire, sebenarnya mereka santai aja kalau kamu casual, tapi diusahakan jangan kayak gembel ya.

Malah, karena mata kuliahnya nggak ada kuliah lapangan sama praktikum macam prodi di klaster agro, saintek, dan medika, makanya banyak yang ambil kegiatan non-akademik. Aku sendiri selain kuliah sempat ikut diksar dari MAPAGAMA, nyobain UKM Panahan sama Softball, tapi bertahannya di Tenis Meja (padahal nggak bisa main), ikut panitiaan acara-acara di fakultas ataupun di UKM/Gelanggang, sampai sesekali manggung sebagai kibordis band ketoprak Sasbud dan lebih sering manggung gamelan bareng Prasasti UGM.

Hal yang perlu digarisbawahi ketika mulai masuk kuliah adalah tanggung jawab. Suasana di dunia perkuliahan dan dunia sekolah itu cukup berbeda. Di sekolah, kamu hanya tinggal belajar buat dapetin nilai bagus, ngerjain PR, belajar buat ujian, selesai. Paling, kalau kamu ikut ekskul ya kamu akan datang di pertemuan mingguan. Urusan berkas akademik juga nggak terlalu banyak dipikirin, karena toh biasanya yang agak repot itu ngurus berkas waktu kamu daftar sekolah sama ketika kamu ngurus legalisasi berkas ijazah kalau sudah lulus dari jenjang sebelumnya (misal lulus SMP atau SMA). Di dunia perkuliahan, you’re on your own. Berkas yang dibutuhkan untuk verifikasi calon mahasiswa baru mungkin masih bisa dibantu orang tua, begitu pula kalau kamu mendaftar Bidikmisi. Tapi, untuk urusan ambil mata kuliah di KRS, tanda tangan KRS, urus kartu ujian, sampai kamu mau ujian sidang aja itu kamu yang harus ngurusin semua keperluannya. Begitu pula tanggung jawabmu mengerjakan atau menggunakan jatah bolos. Tidak jarang aku menemukan orang-orang yang daftar banyak UKM atau daftar himpunan tapi mandeg, berhenti di tengah jalan karena mereka nggak bisa atur waktu dan prioritas. Banyak juga yang karena terlalu santai-santai kuliahnya sampai hampir DO. So, be wise and be responsible.

Jadi, begitulah kira-kira gambaran Sastra Inggris UGM. Pengalaman dan perasaan seseorang terhadap atmosfir angkatan dan sekitarnya bisa berbeda, tergantung pribadi masing-masing. Terima kasih sudah membaca artikel ulasan ini sampai habis! Semoga artikel ini membantumu. Kalau ada pertanyaan lebih lanjut tentang jurusan atau pengalamanku di jurusan, bisa tinggalkan komentar di bawah atau kirim pesan ke Instagramku @dina.makan, Twitter @dina_jpg, atau kirim surel ke herdina.primasanti@mail.ugm.ac.id

Kalau mau tahu tentang seleksi masuk dan jalur penerimaan yang ada di UGM, cek langsung ke um.ugm.ac.id, ya. Kalau bingung atau punya pertanyaan seputar jalur penerimaan, bisa langsung tanya ke narahubung yang tersedia di laman webnya. Aku bahas soal jalur penerimaan juga di artikel: Cara Keterima Sastra Inggris UGM dan Prospek Kerjanya Gimana, Kak?

Tautan tambahan:

dinamakan. 21 Desember 2017. Sweeney Todd: There’s No Place Like Home. https://zorronest.wordpress.com/2017/12/21/sweeney-todd-theres-no-place-like-home/

KampusAja. Daya Tampung SBMPTN UGM 2019 & Peminat Terbaru. https://kampusaja.com/daya-tampung-sbmptn-ugm/

English Days

Hei! Sudah hampir dua pekan (aku rasa lebih sekarang) aku nggak nulis cerita apa-apa. Kali ini, aku akan cerita tentang sebuah acara tahunan yang pasti diadakan oleh jurusanku: English Days. Acara ini terdiri dari serangkaian kegiatan yang kemudian ditutup oleh malam puncak berupa pentas teater. English Days diselenggarakan untuk memperingati ulang tahun Sastra Inggris UGM yang jatuh pada bulan November. Selama hampir empat tahun aku menempuh studiku di jurusan ini, aku hanya berpartisipasi tiga kali, terhitung dari 2016. Aku akan bercerita soal pengalamanku di ketiga English Days (2016-2018) dan mana yang paling mengesankan bagiku.

Aku menjadi mahasiswa baru tahun 2015. Waktu itu, aku tidak ikut apapun selain UKM Softball. Awalnya, aku diprospek untuk jadi kibordis English Days 2015, tapi tidak jadi gara-gara aku sudah lama sekali tidak menyentuh tuts dan aku belum pernah improvisasi dalam memainkan lagu pop. Aku juga belum pernah ikut band. Akhirnya, aku dikeluarkan secara sepihak oleh ketua tim musiknya. Ya sudah, akhirnya aku cuma beli tiket untuk menonton pentas. I had to see and know a lot of things before I decided whether I wanted to join or not. 

Di tahun 2016, aku mendaftar jadi kemanan. Aku nggak bisa bekerja di malam puncak English Days 2016 karena aku ada agenda diksar wajib dari UKM pecinta alam yang waktu itu kuikuti sebelum akhirnya kuputuskan untuk keluar. Aku nggak punya banyak memori di English Days ini, jadi aku nggak bisa mengenangnya sebaik mereka yang banyak bertemu selama panitiaan karena jadi aktor/pemusik/penari/penabuh. Aku baru benar-benar merasakan cerita yang sangat berkesan selama berproses di jurusanku sendiri waktu jadi performer di English Days 2017. Aku punya kakak tingkat yang istilahnya jadi kibordis abadi di angkatannya. Namanya Mas Timothy, tapi kami memanggilnya Mas Timmy. Dia kelahiran 1995, tapi dia angkatannya satu tahun di atasku. Di English Days 2017, dia menolak permintaan jadi kibordis karena mau fokus skripsi. Alhasil, aku harus maju ke medan perang sebagai kibordis. Tentu saja, hal ini menjadi sebuah kehormatan. Setelah dua setengah tahun hanya berkiprah di band jurusan dan beberapa kali menjadi kibordis panggilan untuk mengiringi ketoprak fakultas atau pentas kecil-kecilan lainnya, aku akhirnya menjadi kibordis di pentas yang lebih besar. Panggungku naik kelas.

Tapi, untuk setiap kenaikan kelas atau status, tentu ada pengorbanan dan perjuangan yang lebih besar menanti. Perjalananku sebagai musisi di English Days 2017 tidak semulus pentas atau penampilan kecil-kecilan yang biasanya kuikuti. Tim musik English Days 2017 baru mulai jalan latihan di awal semester ganjil, padahal seharusnya kami sudah mulai latihan sejak playscript jadi. Itu juga soundtrack yang dipakai masih ada perdebatan. Ditambah lagi, kami dituntut harus menguasai lagu secepat yang kami bisa, padahal playlist-nya saja masih menggantung mau apa. Pun setelah daftar lagunya fix, kami harus berkutat pada penggarapan lagu…yang tidak semuanya mudah. Aku sebagai kibordis punya tekanan mental yang cukup besar karena untuk kemampuanku yang bisa dikatakan lebih dari level dasar tapi nggak advance dan aku juga untuk di level tengah nggak mahir amat (kamu bisa lihat kemampuan pianoku di kanal YouTube-ku, Herdina Primasanti), referensi cover untuk garapan lagu itu lumayan menantang, sementara jariku udah agak kaku karena lama nggak main piano. Belum lagi aku sering kurang optimal latihannya. Setiap kali kami latihan gabungan, aku adalah salah satu yang tertekan batinnya karena dituntut harus sudah bisa. Sampai-sampai aku pernah nyindir di snapgram (bukan tindakan bijaksana), walaupun masalah itu selesai juga. Tidak hanya itu, hampir setiap malam aku mimpi buruk tentang pentasnya atau pernah sampai seluruh lagu yang dipakai terbawa mimpi dan aku gagal memainkannya. Ya. Seserius itu. Terus, kami harus ganti drummer karena dia dianggap progresnya cukup lambat oleh teman-temanku. Itu dilakukan dalam waktu sudah tinggal H-sebulan kurang dikit. Gila, ‘kan? Dengan suasana yang tidak begitu sehat kami harus bisa mementaskan sesuatu.

Di hari H pentas, aku awalnya merasa bersemangat. Tetapi, menjelang kami benar-benar pentas, aku gugup luar biasa. Aku sangat takut menghancurkan semuanya, karena keyboard berperan sebagai intro dan pengisi, yang artinya peranku cukup penting dalam memulai lagu. Kalau aku terlambat, atmosfirnya akan hilang. Kalau sampai gagal, aku mencoreng muka pentas. Kalau berhasil, tentu saja pentasnya mengangkat derajat jurusan. Untungnya, pentas benar-benar berjalan dengan baik. Tidak kusangka, aku berhasil melakukannya. Aku berhasil memainkan lagu-lagu yang dipakai dalam pentas. Aku berhasil membuktikan bahwa aku benar-benar melampaui apa yang orang lain pikirkan. Bukan yang terbaik, tapi cukup memuaskan. Aku merasa senang sekaligus bersalah pada mereka yang sudah menyemangatiku. Setelah pentas itu selesai, aku belum memikirkan apakah aku ingin tampil dalam panggung besar lagi atau tidak.

Setelah sekian bulan, aku sudah jauh lebih tenang dan mengharapkan bisa tampil di English Days 2018 sebagai pemusik lagi, terutama sebagai pengrawit. Sayangnya, karena pelatih komunitas karawitanku sedang ada urusan pernikahannya beliau dan ada beberapa pertimbangan lain, jadinya aku gagal jadi pengrawit. Tapi, hal menyenangkannya adalah aku diberi kesempatan untuk menjadi salah satu pemeran di pementasan itu di awal tahun. Atmosfer, jadwal latihan, dan beberapa hal itu menurutku lebih baik dari tahun sebelumnya. Kali ini, aku benar-benar harus membuktikan pada diriku sendiri bahwa menjadi aktor itu bukan sesuatu hal yang harus kubenci. Ya, aku mengakui kalau aku benci tampil di depan kelas selama sekolah. Aku selalu gugup. Bahkan, tampil di depan kelas saat ambil nilai drama saja aku tidak mampu. Aku selalu heran seperti apa rasanya tampil dengan percaya diri di depan banyak orang. Aku baru membuktikan seperti apa rasanya waktu kuliah. Sejak itu aku jadi banci tampil. Aku mau memperlihatkan bahwa aku bisa percaya diri di hadapan banyak orang. Aku mau memperlihatkan diri bahwa aku berubah dari anak yang mengutuki diri sendiri (sampai hampir menyerah dengan kehidupan) dan benci tampil jadi orang yang ramai (namun sering kesepian) dan banci tampil. Kalau ada kesempatan tampil atau berbicara di depan umum, aku pasti mau melakukannya. Di English Days 2018 ini aku menghidupi mimpi kembaranku yang lain (selain menjadi fotografer) sekaligus membuktikan pada diri sendiri bahwa aku bisa. Lagi-lagi, karena ini adalah pertama kalinya aku pentas sebagai aktor langsung di panggung besar (panggung yang ditonton ratusan orang), tentu saja rasanya beda dengan panggung kecil.

Untuk perjuangannya, aku sangat menghargai perjuanganku di English Days 2017. Without those tense atmosphere, I wouldn’t change my negative side slowly. Tapi, aku sangat menyukai atmosfer di English Days 2018. I don’t know why, I just felt the atmosphere was a bit friendlier than the previous on the performers.

Pada akhirnya, aku tetap menyukainya.