Halo, pengunjung artikel ini! Setelah aku membuat ulasan tentang suasana di Fakultas Ilmu Buda Universitas Gadjah Mada, atau yang biasa disebut FIB UGM, hampir dua tahun lalu di blog ini, aku sekarang mau cerita tentang jurusan–sekarang namanya program studi, atau bisa disingkat prodi–yang saat ini sedang kugeluti, yaitu Sastra Inggris Universitas Gadjah Mada.
Mungkin, ada sebagian dari pengunjung artikel ini yang pikirannya langsung melayang ke Landung Simatupang dan W. S. Rendra saat mendengar prodi ini. Ya, mereka berdua adalah dua nama yang cukup dikenal oleh warga Indonesia yang pernah mengenyam pendidikan di Sastra Inggris UGM. Sounds great? Tunggu. Aku bahkan belum cerita apa-apa tentang prodiku ini.
Baik. Mari kumulai cerita tentang prodi sekaligus mengulasnya dengan mengenalkan diriku dulu. Aku Dina. Aku merupakan mahasiswa jurusan Sastra Inggris UGM angkatan 2015. Since there are not many students in our department, kurasa kamu akan bisa menemukanku dengan mudah. Apalagi, aku termasuk orang-orang yang masih gelut dengan skripsi saat menulis ini. Di artikel ini, aku berusaha sebaik yang kubisa untuk seinformatif mungkin dengan bahasa yang enak dibaca, sehingga kamu tidak akan kebingungan mengenal calon jurusanmu.
Aku tidak bisa melacak kapan berdirinya prodiku, tapi yang jelas prodiku sudah cukup tua. Aku sendiri juga mengakui bahwa Sastra Inggris merupakan salah satu prodi yang cukup populer selain Bahasa dan Kebudayaan Korea dan Pariwisata. Dilansir dari KampusAja, peminat prodi ini di tahun 2019 ada 1,434 orang, di bawah Pariwisata dengan jumlah peminat sebanyak 2,218. Tapi, yang bisa diterima jadi mahasiswa Sastra Inggris UGM hanya sekitar 50 orang. Quite slim, eh? Nah, mungkin kamu harus kenalan dulu sama Sastra Inggris UGM leih jauh sebelum kamu memfinalkan pilihanmu.
Reguler vs IUP
Dulu, Sastra Inggris UGM membuka jalur reguler dan jalur International Undergraduate Program (IUP). Hanya saja, IUP sudah ditutup sejak tahun ajaran 2015, yang berarti angkatan terakhir IUP di prodi ini adalah angkatan atasku, 2014. Jadi, ketika aku jadi mahasiswa baru sampai sekarang, Sastra Inggris UGM hanya membuka jalur reguler.
Mata Kuliah
Sebelum ke Sastra Inggris, aku mau menjelaskan bahwa di FIB ada tiga jenis mata kuliah wajib, yaitu mata kuliah wajib universitas (meliputi Agama, Kuliah Kerja Nyata, dan Pancasila), wajib fakultas (meliputi Dasar Ilmu Budaya, Sastra dan Budaya Indonesia, yang sekarang lebih dikenal dengan Praktik Kebudayaan Indonesia, dan Bahasa Indonesia/Inggris), dan mata kuliah wajib prodi. Sastra Inggris UGM menawarkan mata-mata kuliah yang berada di bawah naungan sastra dan linguistik. Aku yakin teman-teman pasti lebih familiar dengan istilah sastra, tapi tidak dengan linguistik. Linguistik merupakan cabang ilmu yang mempelajari bahasa.
Perlu diingat bahwa yang kutulis ini merupakan pengalamanku. Selain itu, kurikulum yang kuterima dan kurikulum yang sekarang memiliki perbedaan, karena ada perubahan kurikulum di angkatan 2017. Jadi, aku yakin ada satu-dua mata kuliah yang tidak aku atau teman-teman dapat.
Tahun Pertama
Di tahun pertama, para mahasiswa tidak langsung berhadapan dengan mata kuliah di kedua bidang. Mereka harus mengambil kelas General English dan Oral English (yang sekarang sudah berubah menjadi kelas Writing, Speaking, Listening, dan Grammar) di semester satu dan dua, Pengantar Kesastraan Inggris, Dasar-Dasar Ilmu Budaya, dan Pendidikan Agama (Kontekstual) di semester satu, dan Sejarah Sastra Inggris, Pancasila, Folklor dan Mitologi dalam Kesastraan Inggris (sekarang udah dihapus karena dosennya pensiun dan nggak ada yang meneruskan), Pengantar Linguistik, dan Literary Production di semester dua.
Kenapa masih ada kelas Writing, Speaking, Listening, dan Grammar? Karena, tidak semua mahasiswa baru Sastra Inggris UGM memiliki kualifikasi yang sama ketika diterima. Ada yang sudah memiliki kecakapan bahasa Inggris setingkat Advanced ketika masuk, ada juga yang masih kesulitan mengucapkan kalimat sesuai kaidah grammar atau mereka yang tidak bisa membedakan cara mengucapkan can dan can’t. Ada teman-teman yang tanpa belajar saja bisa dapat nilai TOEFL di atas 500, ada yang sudah belajar mati-matian tapi tidak kunjung dapat nilai di atas 500. Kelas-kelas ini berfungsi untuk menjembatani teman-teman yang belum fasih berbahasa Inggris untuk membiasakan diri dan memberi ruang bagi teman-teman yang sudah bisa untuk mengulang apa yang mereka pahami. Selain itu, kelas-kelas ini juga bermaksud untuk mempersiapkan mahasiswanya agar tidak kaget ketika mereka berada di kelas-kelas Sastra Inggris yang lain, karena tugas presentasi, esai, hingga skripsi akan menggunakan bahasa Inggris 100%. Di kelas, dosen juga akan menggunakan 80-95% bahasa Inggris. Jadi, kamu mungkin harus mulai belajar menyampaikan presentasi dalam bahasa Inggris.
Selain kelas-kelas preparation yang sudah kusebutkan, teman-teman juga akan mengikuti kelas Pengantar Kesastraan Inggris dan Dasar Ilmu Budaya di semester satu. Kenapa harus ambil kelas Pengantar Sastra Inggris? Lagi-lagi, tidak semua teman-teman sekelasmu tahu jurusan yang diambilnya. Sebagian dari mereka sudah pernah membaca karya-karya sastra seperti Jane Eyre, The Old Man and Sea, Sense and Sensibility, dan bisa menceritakan kembali Othello, ada yang mengenal karya sastra lewat film seperti Pride and Prejudice atau Frankenstein, sementara ada yang sama sekali tidak tahu apa-apa dan tidak pernah membaca karya-karya sastra Inggris sampai ia menjadi mahasiswa Sastra Inggris. Selain itu, kelas pengantar (Pengantar Kesastraan Inggris dan Linguistik) akan memperkenalkan para mahasiswa dengan aspek dasar dari linguistik/sastra serta mata-mata kuliah yang akan mereka pelajari di semester-semester selanjutnya.
Hanya saja, saat ini sepertinya kelas Folklor ditiadakan karena dosen pengampunya pensiun dan tidak ada penggantinya. Sebagai gantinya, ada beberapa mata kuliah baru yang mulai bisa diambil saat tahun kedua. Untuk kelas wajib non-prodi, Sastra Inggris mewajibkan mahasiswa di tahun pertama untuk mengambil kelas Dasar Ilmu Budaya, Pancasila, dan Agama.
Tahun Kedua
Di tahun kedua, teman-teman akan berhadapan dengan lebih banyak mata kuliah. Karena di tahun kedua ini mulai ada mata kuliah pilihan, jadi teman-teman bisa memenuhi jatah SKS mata kuliah pilihan dengan memilih mata kuliah yang diinginkan. Mata kuliah yang bisa dipilih tidak hanya dari Sastra Inggris, tapi juga dari prodi lain seperti Sastra Jawa, Pariwisata, atau Antropologi Budaya.
Di Sastra Inggris UGM, mata kuliah wajib fakultas ada Bahasa Indonesia, soft skill dan Praktik Kebudayaan Indonesia, sementara mata kuliah wajib prodi ada Pengantar Terjemahan, Sastra Romantik, Fonologi dan Morfologi di semester tiga dan Sastra Elizabethan, Terjemahan Inggris-Indonesia, Sastra Realis dan Naturalis, Laporan Buku I, dan Sintaks dan Semantik di semester empat.
Pada mata kuliah soft skill, kamu bisa memilih Badan Semi Otonom (BSO) yang sesuai dengan minatmu. Sementara itu, kamu bisa meilih antara mengikuti kelas Batik, Tari, atau Karawitan di mata kuliah Praktik Kebudayaan Indonesia. Di kelas Batik, kamu akan belajar tentang teknik, teori, dan praktik membatik. Di kelas Karawitan, kamu akan belajar memainkan instrumen dalam gamelan. Di kelas Tari, kamu akan praktik tari tradisional.
Untuk mata kuliah pilihan, Sastra Inggris UGM menawarkan mata kuliah Sastra Anak, Science Fiction, Pengantar Sastra Inggris dan Amerika, Bahasa Inggris untuk Penulisan Jurnalistik, dan Metodologi Pengajaran Inggris. Apakah kamu bisa menebak-nebak apa yang kira-kira dipelajari pada mata kuliah ini?
Tahun Ketiga
Di tahun ketiga, mata kuliah wajib yang Sastra Inggris UGM tawarkan banyak yang dialokasikan di semester lima. Di semester ini, hanya ada satu mata kuliah pilihan yang bisa kamu ambil dengan bobot 3 SKS, yaitu Pragmatik. Sisanya adalah mata kuliah wajib dengan bobot 3 SKS per mata kuliah. Mata kuliah yang harus kamu ambil ada Sastra Dunia, Penulisan Akademik, Metodologi Penelitian Linguistik, Metodologi Penelitian Sastra, Sastra Modern, Terjemahan Indonesia-Inggris, dan Laporan Buku II.
Sementara itu, kamu memiliki keleluasaan lebih di semester enam. Di semester ini, mata kuliah wajib yang harus kamu ambil hanya sebanyak 12 SKS alias hanya empat mata kuliah. Sisanya bisa kamu alokasikan ke mata kuliah pilihan Sastra Inggris UGM atau mata kuliah pilihan dari jurusan lain. Di semester ini, ada tiga mata kuliah wajib prodi dan satu mata kuliah wajib universitas yang harus ada di Kartu Rencana Studi (KRS) milikmu, yaitu Penulisan Proposal, Kritik Sastra Inggris, Sastra Neoklasik, dan Kuliah Kerja Nyata. Sementara itu, mata kuliah pilihan Sastra Inggris yang bisa kamu ambil di semester ini ada Course Design, Penulisan Kreatif, Pengantar Sosiolinguistik, dan Hubungan Internasional.
Tahun Keempat
Ya, jadi seperti yang sudah kamu duga, Sastra Inggris UGM tidak menerapkan penjurusan pada mahasiswanya. Setiap mahasiswa wajib mempelajari sastra dan linguistik dan baru boleh fokus ke salah satu topik ketika sudah memasuki periode skripsi. Di tahun keempat sampai lulus, mata kuliah yang wajib kamu ambil adalah skripsi (bobotnya 6 SKS, jadi kamu harus melakukan yang terbaik) saja dengan catatan kamu sudah memenuhi SKS yang dibutuhkan. Kalau SKS kurang atau ada mata kuliah yang harus diulang, maka kamu harus nambah mata kuliah atau mengulang mata kuliah. Di tahun keempat ini pula, terlihat siapa temanmu yang ambis sekali untuk wisuda cepat atau mereka yang santai.
Mata Kuliah Baru
Seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, ada perubahan kurikulum. Selain itu, adanya dosen senior yang pensiun dan dosen baru yang masuk membuat adanya mata kuliah yang dihapus atau ditambahkan lebih mungkin terjadi. Mata kuliah Pengantar Sastra Poskolonial dan Folklor dan Mitologi dihapuskan, tapi sebagai gantinya ada beberapa mata kuliah baru, seperti Women in Literature, Film Analysis, dan Sastra Abad 21. Mungkin, akan ada perubahan mata kuliah lagi di beberapa tahun ke depan (tidak dalam waktu dekat tentu saja).
Bedanya sama Pendidikan Bahasa Inggris
Perbedaan utama antara Sastra Inggris UGM dengan prodi Pendidikan Bahasa Inggris adalah tidak adanya praktik kerja lapangan untuk magang jadi guru di Sastra Inggris UGM. Walaupun Sastra Inggris UGM ada mata kuliah berjudul English Teaching Methodology, tetapi lulusannya tidak akan mendapatkan tes praktik guru. Kalau kamu ingin fokus ke pedagogikal bahasa Inggris, sebaiknya ambil Pendidikan Bahasa Inggris.
Himpunan Mahasiswa
Himpunan mahasiswa Sastra Inggris UGM bernama Ikatan Mahasiswa Jurusan Inggris, biasa disingkat menjadi IMAJI. IMAJI menjadi jembatan antara prodi dan mahasiswa, sehingga segala informasi dapat tersampaikan dengan baik. Informasi lebih lanjut tentang himpunan mahasiswa bisa diakses di @imajiugm.
Komunitas Seni
Saat ini, Sastra Ingris UGM memiliki lima komunitas seni. Kelimanya adalah Teater Sastra Inggris (Terasi), Sekumpulan Mahasiswa Pecinta Wayang (Semata Wayang), Pradangga Sastra Inggris (Prasasti), Inggris Dance Community (Icety), dan Komunitas Band Sastra Inggris (Kombantrin). Di antara semua komunitas ini, hanya Terasi yang pernah berganti nama. Sebelumnya, Terasi bernama Broadway. Tetapi, di tahun 2015, namanya berubah jadi Terasi karena ingin terdengar lebih lokal. Di antara semua komunitas seni ini, yang memiliki akun Instagram ada Semata Wayang, Icety, dan Prasasti. Hanya saja, yang Instagramnya masih cukup aktif hanya Semata Wayang (@sematawayangugm) dan Prasasti (@prasasti_ugm)
Acara Tahunan
Sastra Inggris UGM memiliki sebuah acara tahunan bernama English Days. English Days ini diselenggarakan oleh mahasiswa tahun pertama sampai tahun ketiga untuk memperingati ulang tahun Sastra Inggris UGM yang jatuh pada bulan November. Selain itu, English Days juga bertujuan untuk menjadi ajang unjuk gigi kebolehan mahasiswa prodi ini. Rangkaian acara pra-malam puncak bisa berbeda tiap tahunnya, tergantung kesepakatan panitia. Untuk malam puncaknya, biasanya para mahasiswa akan menggelar pementasan teater yang melibatkan komunitas Teater Sastra Inggris (Terasi), SastraInggris Dance Community (Icety), Komunitas Band Sastra Inggris (Kombantrin), dan Pradangga Sastra Inggris (Prasasti). Informasi lebih lanjut tentang acara tahunan ini bisa diakses di akun Instagram mereka di @englishdays.ugm
Atmosfer
Berhubung Sastra Inggris UGM berada di FIB UGM, maka bisa kubilang atmosfernya cukup santuy enjoy sih. Walaupun di kelas kamu dituntut menggunakan bahasa Inggris, kamu bisa menggunakan bahasa Indonesia ketika ngobrol dengan dosenmu di luar kelas. Selain itu, dosennya bisa kubilang cukup santuy, asal kamu sopan dan hormat sama sama dosennya. Untuk attire, sebenarnya mereka santai aja kalau kamu casual, tapi diusahakan jangan kayak gembel ya.
Malah, karena mata kuliahnya nggak ada kuliah lapangan sama praktikum macam prodi di klaster agro, saintek, dan medika, makanya banyak yang ambil kegiatan non-akademik. Aku sendiri selain kuliah sempat ikut diksar dari MAPAGAMA, nyobain UKM Panahan sama Softball, tapi bertahannya di Tenis Meja (padahal nggak bisa main), ikut panitiaan acara-acara di fakultas ataupun di UKM/Gelanggang, sampai sesekali manggung sebagai kibordis band ketoprak Sasbud dan lebih sering manggung gamelan bareng Prasasti UGM.
Hal yang perlu digarisbawahi ketika mulai masuk kuliah adalah tanggung jawab. Suasana di dunia perkuliahan dan dunia sekolah itu cukup berbeda. Di sekolah, kamu hanya tinggal belajar buat dapetin nilai bagus, ngerjain PR, belajar buat ujian, selesai. Paling, kalau kamu ikut ekskul ya kamu akan datang di pertemuan mingguan. Urusan berkas akademik juga nggak terlalu banyak dipikirin, karena toh biasanya yang agak repot itu ngurus berkas waktu kamu daftar sekolah sama ketika kamu ngurus legalisasi berkas ijazah kalau sudah lulus dari jenjang sebelumnya (misal lulus SMP atau SMA). Di dunia perkuliahan, you’re on your own. Berkas yang dibutuhkan untuk verifikasi calon mahasiswa baru mungkin masih bisa dibantu orang tua, begitu pula kalau kamu mendaftar Bidikmisi. Tapi, untuk urusan ambil mata kuliah di KRS, tanda tangan KRS, urus kartu ujian, sampai kamu mau ujian sidang aja itu kamu yang harus ngurusin semua keperluannya. Begitu pula tanggung jawabmu mengerjakan atau menggunakan jatah bolos. Tidak jarang aku menemukan orang-orang yang daftar banyak UKM atau daftar himpunan tapi mandeg, berhenti di tengah jalan karena mereka nggak bisa atur waktu dan prioritas. Banyak juga yang karena terlalu santai-santai kuliahnya sampai hampir DO. So, be wise and be responsible.
Jadi, begitulah kira-kira gambaran Sastra Inggris UGM. Pengalaman dan perasaan seseorang terhadap atmosfir angkatan dan sekitarnya bisa berbeda, tergantung pribadi masing-masing. Terima kasih sudah membaca artikel ulasan ini sampai habis! Semoga artikel ini membantumu. Kalau ada pertanyaan lebih lanjut tentang jurusan atau pengalamanku di jurusan, bisa tinggalkan komentar di bawah atau kirim pesan ke Instagramku @dina.makan, Twitter @dina_jpg, atau kirim surel ke herdina.primasanti@mail.ugm.ac.id
Kalau mau tahu tentang seleksi masuk dan jalur penerimaan yang ada di UGM, cek langsung ke um.ugm.ac.id, ya. Kalau bingung atau punya pertanyaan seputar jalur penerimaan, bisa langsung tanya ke narahubung yang tersedia di laman webnya. Aku bahas soal jalur penerimaan juga di artikel: Cara Keterima Sastra Inggris UGM dan Prospek Kerjanya Gimana, Kak?
Tautan tambahan:
dinamakan. 21 Desember 2017. Sweeney Todd: There’s No Place Like Home. https://zorronest.wordpress.com/2017/12/21/sweeney-todd-theres-no-place-like-home/
KampusAja. Daya Tampung SBMPTN UGM 2019 & Peminat Terbaru. https://kampusaja.com/daya-tampung-sbmptn-ugm/